Konservasi Tanah dan Air

Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsjad, 2000), dikatakan selanjutnya bahwa konservasi tanah tidaklah berarti penundaan atau pelarangan pengunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis penggunaannya dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan , agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Konservasi tanah berhubungan erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonservasi tanah juga merupakan konservasi air. Salah satu tujuan konservasi tanah adalah meminimumkan erosi pada suatu lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan merupakan masalah yang bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke dalam siklus yang saling memiskinkan .Tindakan konservasi tanah merupakan cara untuk melestarikan sumberdaya alam.


Tehnik konservasi tanah seperti pembuatan kontur, teras, penanaman dalam strip, penanaman penutup tanah, pemilihan pergiliran tanah yang cocok, penggunaan pupuk yang tepat, dan drainase dalam literatur sering dijabarkan sebagai tehnik yang melindungi atau memperbaiki tanah pertanian secara keseluruhan, akan tetapi perlu ditekankan bahwa tehnik-tehnik tersebut dapat efektif apabila penggunaan lahannya sudah cocok. Tidak ada agroteknologi yang memungkinkan tanaman dapat tumbuh dengan baik dan tidak ada tehnik konservasi yang dapat mencegah erosi kalau kondisi tanahnya tidak cocok untuk pertanian (Sinukaban, 1989).. Dalam tulisan ini dibahas beberapa agroteknologi dapat diterapkan petani di lahan pertaniannya. Beberapa diantaranya merupakan traditional wisdom, atau kearifan lokal yang menjadi sumber pertanian berkelanjutan sekarang ini.

Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar atau fauna tauna, apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak. Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana tanah diolah sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan yang keliru karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah terdispersi oleh butir hujan , menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi pengaruh buruk peng-olahan tanah, maka dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi. Cara yang dimaksud adalah :

1. Tanpa olah tanah (TOT), tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-sisa tanaman sebelum-

nya dibiarkan tersebar di permukaan, yang akan melindungi tanah dari ancaman erosi selama

masa yang sangat rawan yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan

dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunakan herbisida

2. Pengolahan tanah minimal, tidak semua permukaan tanah diolah, hanya barisan tanaman saja

yang diolah dan sebagian sisa-sisa tanaman dibiarkan pada permukaan tanah

3. Pengolahan tanah menurut kontur, pengolahan tanah dilakukan memotong lereng sehingga ter-

bentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut kontur atau melintang lereng. Peng-

olahan tanah menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur

juga yang memungkinkan penyerapan air dan menghindarkan pengangkutan tanah.

Vegetasi sampai sekarang masih dianggap sebagai cara konservasi tanah yang paling jitu dalam mengontrol erosi tanah seperti yang diyakini sejumlah ahli konservasi bahwa “a bag of fertilizer is more effective than a bag of cement” (Hudson, 1989). Erosi yang terjadi akan berbeda pada setiap penggunaan tanah, variasi ini tergantung pada pengelolaan tanaman. Contoh sederhana seperti yang dikemukakan Hudson (1957) cit. Hudson (1980), kehilangan tanah dari 2 plot percobaan yang ditanami jagung, plot yang pengelolaannya tanamannya buruk kehilangan tanahnya 15 kali lebih besar dari plot yang pengelolaan tanahnya baik. Secara alamiah, tanaman rumput cenderung melindungi tanah, dan tanaman dalam barisan memberikan perlindungan lebih kecil, tetapi pendapat umum ini berobah oleh pengelolaan. Pengelolaan tanaman akan sangat menentukan besar kecilnya erosi. Penelitian menunjukkan bahwa pertanaman jagung yang dikelola dengan baik akan bertumbuh baik dan dapat menekan laju erosi dibanding padang rumput yang pengelolaannya buruk. Secara singkat dikatakan oleh Hudson bahwa erosi tidak tergantung pada tanaman apa yang tumbuh, tetapi bagaimana tanaman itu tumbuh.

Ciri alam penting di daerah tropis seperti Indonesia adalah adanya intensitas penyinaran matahari dan curah hujan yang tinggi dan hampir merata sepanjang tahun. Faktor geologi dan tanah dibentuk oleh kondisi tersebut dan menghasilkan suatu proses yang cepat dari pembentukan tanah baik dari pelapukan serasah maupun bahan induk. Sebagai hasil dari proses tersebut, sebagian besar hara tanah tersimpan dalam biomassa vegetasi, dan hanya sedikit yang tersimpan dalam lapisan olah tanah. Hal yang berbeda dengan kondisi di daerah iklim sedang dimana proses pertumbuhan vegetasi lambat dan sebagian besar hara tersimpan dlam lapisan olah tanah. Oleh karena itu pengangkutan vegetasi ataupun sisa panen tanaman keluar lahan pertanian akan membuat tanah mengalami proses pemiskinan.

Sisa-sisa panen tanaman dapat ditebar ke permukaan tanah, dicampurkan dekat permukaan tanah, atau dibajak dan dibenamkan dan dapat berfungi sebagai mulsa atau sebagai pupuk organik. Efektivitas pengelolaan sisa-sisa tanaman ini dalam mengontrol erosi akan tergantung pada ba- nyaknya sisa tanaman yang tersedia.

Sumber: USAHATANI UNTUK KONSERVASI MENUNJANG PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM

Pertanian dalam Sudut Pandang Generasi Muda


Sawah.... Mungkin kata ini yang pertama kali terlintas dipikiran kita ketika mendengar pertanian. Tidak salah memang pemikiran kebanyakan orang mengenai pertanian. Hal ini juga tidak harus diperdebatkan hingga jauh.

Ketika teman-teman atau kerabat menanyakan, "Kamu kuliah dimana dan masuk fakultas apa?" dan dijawab, "Saya kuliah di UMY dan masuk Fakultas Pertanian.". Seketika itu pula teman atau kerabat yang menanyaimu masuk fakultas seakan-akan meremehkan apa yang telah jadi pilihanmu, yaitu Fakultas Pertanian. Karena teman atau kerabat selalu berkata, "Mau ke sawah saja harus kuliah. Cuma menghabiskan banyak uang. Daripada masuk Pertanian mending masuk kesehatan atau yang lainnya."

Mendengar pernyataan teman atau kerabat yang seperti itu, saya hanya diam dan tersenyum. Mereka tidak pernah berfikir, tanpa pertanian, mereka tidak akan bisa makan, memakai baju, membuat rumah, membuat obat dan lain sebagainya. Bagaimana mereka bisa makan tanpa pertanian? Bagaimana mereka bisa membuat baju tanpa pertanian? Bagaimana mereka bisa membuat rumah yang mereka huni tanpa pertanian? Dan bagaimana mereka bisa membuat obat tanpa pertanian? Mereka jarang sekali menyadari bahwa pertanian adalah sumber kehidupan manusia yang sangat dominan dan tak akan pernah bisa lepas dari kehidupan manusia.

Saya sangat bangga bisa menjadi salah satu mahasisiwi Fakultas Pertanian. Saya juga tidak pernah dan tidak perlu merasa malu masuk Fakultas Pertanian karena saya mmeyakini apa yang saya lakukan sekarang akan bermanfaat untuk diri saya sendiri dan orang lain. Saya ingin menghilangkan predikat buruk tentang dunia pertanian di mata masyarakat luas. Semoga Pertanian Indonesia selalu maju!!!

Kuliah di UMY



Kuliah di UMY menurut saya sangat menyenangkan. dipadu dengan sistem pembelajaran e-learning membuat mahasiswa kreatif. Selain itu, mahasiswa juga memanfaatkan teknologi komunikasi yang tersedia di UMY.

Salah satu fakultas yang menggunakan fasilitas e-learning adalah Fakultas Pertanian UMY, lebih khususnya Jurusan Agroteknologi. Sehingga mahasiswa Jurusan Agroteknologi tidak hanya diajarkan ilmu pertaniannya saja, tetapi juga memanfaatkan teknologi yang tersedia sebagai acuan untuk mengembangkan pertanian di Indonesia. Karena masyarakat Indonesia masih berfikir bahwa bertani itu hanya di sawah. Untuk mengubah pemikiran itu sangatlah tidak mudah, karena pemikiran itu telah melekat di pikiran masyarakat luas.

Apalagi Fakultas Pertanian juga seringkali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Pendapat ini yang sering membuat saya merasa gerah sebagai salah satu mahasiswi Fakultas Pertanian. Padahal jika ditilik lebih jauh lagi, tanpa pertanian manusia dan hewan tidak akan bisa makan, membuat obat bagi para dokter, kebutuhan sandang, kebutuhan papan dan yang lainnya.